Pesawat Tempur Jepang
Pada tahun 1985, ketika ekonomi Jepang sedang berkembang pesat, negara itu berencana membuat jet tempur kelas satu, untuk menggantikan Jet Tempur Mitsubishi F-1 generasi 3 yang akan pensiun di pertengahan tahun 1990-an. Para insinyur Jepang pun telah melakukan riset dan jet tempur baru itu akan diberinama Fighter FS-X.
Disain Fighter FSX yang ingin dibangun Jepang tahun 1985
The original Japanese multirole fighter strike project, The FS-X
Mitsubishi original FS-X
Atas tekanan Amerika Serikat, Jepang diminta membatalkan niatnya membangun Jet Tempur FS-X, dengan alasan teknologi Jepang belum mampu membuat pesawat tempur generasi 4. AS berupaya mengecilkan hati Jepang serta membujuknya untuk bergabung mengembangkan dan memodifikasi pesawat tempur yang telah dimiliki Amerika Serikat.
Setelah melakukan negosiasi yang sulit bertahun-tahun, Jepang akhirnya setuju mengembangkan modifikasi pesawat F-16 Lockheed Martin dan dimulai tahun 1989. Pesawat itu disebut F-2.
Tiba-tiba saja di tengah jalan. pembangunan F 2 ini mendapatkan kritikan dari Kongres Amerika Serikat. Pembangunan jet tempur itu dianggap gerbang bagi Jepang untuk mendapatkan teknologi mutakhir, yang merupakan rival AS dalam hal ekonomi. Tekanan dari dalam negeri membuat Presiden George Bush terpaksa menunda kesepakatan. Lima tahun sejak kerjasama ditandatangani, proyek itu tidak juga terlaksana. Jepang pun marah dan frustasi: membuat pesawat sendiri tidak boleh, mengembangkan F-16 dihalang-halangi.
AS akhirnya mengirim tim ke Jepang untuk mengetahui sejauh apa kemampuan teknologi dirgantara dari negara Jepang, sehingga kerjasama nanti tidak satu arah, dalam artian hanya AS yang melakukan transfer teknologi bagi Jepang. Setelah melakukan inspeksi, tim ini menyimpulkan, teknologi Jepang masih tertinggal jauh dan tidak ada keuntungan teknologi yang bisa diterapkan AS untuk pesawat tempur modern mereka.
Amerika Serikat akhirnya menekan pemerintah Jepang untuk menerima bentuk kerjasama pembangunan pesawat F-16C dengan modifikasi minimal yang sebenarnya ditolak oleh R & D militer Jepang. AS memutuskan untuk membatasi transfer teknologi kepada Jepang. AS pun mulai bergeser dan memanfaatkan kerjasama ini untuk komersialisasi keuntungan mereka dengan memasok teknologi kelas dua.
Jepang menganggap transfer teknologi yang diberikan AS, masih kalah jauh dengan konsep konsep fighter FS-X yang akan mereka bangun. Di tengah rasa frustasinya Jepang terus melanjutkan program pesawat tempur F-2 dengan berbagai perubahan yang mereka inginkan. Jepang membuat sendiri software komputer untuk flight control F-2. Jepang juga membuat disain unik untuk sayap pesawat tempur tersebut. Disain sayap yang unik ini mencuri perhatian AS dana memintanya, namun Jepang tidak memberikan teknologinya. Hal ini akibat AS juga tidak memberikan data dari pesawat F-16 C.
Jepang akhirnya bisa mengontrol seluruh pembangunan F-2 disaat AS melangkah setengah hati. Tekanan tekanan politik yang diberikan AS justru membuat insinur Jepang melakukan berbagai modifikasi pada pesawat FS-X dan menemukan aplikasi teknologi baru. Antara lain teknologi pembuatan sayap pesawat tempur dari material komposite, menggantikan aluminium. Dengan teknologi ini sayap pesawat F-2 lebih ringan, namun kokoh dan kuat. Jepang juga menemukan teknologi fire control radar dan sejumlah sistem avionik modern.
Setelah berpolemik dan bergulat dengan teknologi selama 11 tahun, F-2 akhirnya diproduksi pada tahun 1996 dan terbang pertama kali tahun 2000. Pesawat ini dibuat oleh Mitsubishi Heavy Industries sebagai kontraktor utama bekerjasama dengan sub-kontraktor: Lockheed Martin Tactical Aircraft Systems, Kawasaki Heavy Industries dan Fuji Heavy Industries.
Pada awalnya Jepang memesan 130 pesawat F-2. Pesawat itu akan dibuat hingga tahun 2011. Namun pada tahun 2004 Jepang memutuskan untuk tidak melanjutkan pembelian peswat F-2 karena dinilai terlalu mahal. Produksi F-2 akhirnya terhenti pada pembuatan airframe ke 76. Amerika Serikat akhirnya ikut merugi, karena pesawat F-2 tidak jadi dibuat sebanyak 130 unit. Sementara fighter FS-X yang didisain Jepang akhirnya tidak terwujud.
Jepang memiliki pengalaman pahit dengan Amerika Serikat, namun proyek itu mengantarkan Jepang untuk menguasai teknologi baru pesawat tempur, antara lain dengan meng-upgrade teknologi ketinggalan jaman yang dikomersilkan oleh AS. Proyek F-2 yang memakan biaya sangat besar mengantarkan Jepang ke teknologi pesawat tempur advance.
F-2 Jepang, modifikasi F-16 AS (photo: JSDF)
Mitsubishi F-2 Jepang (photo: globalsecurity.org)
Mitsubishi F 2A
Pesawat Counterstealth Jepang
Kini. di saat negara-negara maju masih dalam tahap awal produksi pesawat tempur generasi kelima, Jepang justru telah mempersiapkan konsep dan desain pesawat tempur generasi keenam dengan kemampuan anti pesawat siluman / counterstealth.
Menurut Jane’s Defence, pesawat tempur generasi ke-6 ini akan dibangun berdasarkan pesawat konsep ATD-X (Advanced Technology Demonstrator-X) generasi ke lima Jepang. Pesawat ATD-X sendiri dijadwalkan terbang perdana tahun 2014 -2016 nanti dan telah dikerjakan sejak tahun 2007. Jepang tidak akan memproduksi banyak pesawat generasi kelima ATD-X, melainkan hanya hanya akan digunakan untuk meriset berbagai teknologi yang lebih maju dan integrasi sistem, sebagai dasar untuk memproduksi pesawat tempur generasi keenam.
Mitsubishi ATD-X Shinsin Jepang
Fighter ATD-X Generasi 5 Jepang
Mockup Fighter Mitsubishi ATDX
Disain Pengembangan Fighter ATD-X
Rencana penggelaran pesawat tempur generasi kelima berteknologi stealth Chengdu J-20 oleh China dan Sukhoi PAK-FA T-50 oleh Rusia membuat Jepang memandang proyek pengembangan pesawat tempur masa depan ini sangat mendesak. ”China dan Rusia masing-masing akan menggelar Chengdu J-20 dan Sukhoi PAK-FA T-50 dalam waktu dekat. Kami tahu 28 radar kami efektif mendeteksi pesawat generasi ketiga dan keempat dari jarak jauh, tetapi dengan munculnya pesawat-pesawat generasi kelima ini, kami tak yakin bagaimana kinerja radar-radar itu nantinya,” ujar Letnan Jenderal Hideyuki Yoshioka, Direktur Pengembangan Sistem Udara Institut Pengembangan dan Riset Teknis Kemhan Jepang.
Dalam konsep Jepang, pesawat tempur generasi keenam akan memiliki kemampuan i3 (informed, intelligent, instantaneous) dan memiliki karakteristik counterstealth. Pesawat generasi keenam inilah yang digadang-gadang akan menggantikan armada F-2, pesawat tempur yang diproduksi berdasar platform F-16 buatan AS.
Meski tidak mengalami hambatan teknologi, Jepang diperkirakan menghadapi rintangan politik dari AS yang selama ini keberatan jika Jepang mengembangkan pesawat tempur sendiri. Salah satu alternatif yang akan ditempuh Jepang adalah mengajak AS mengembangkan bersama pesawat tempur generasi keenam ini. Sebuah situasi yang menjadi berbalik, ketika dulu tahun 1985, AS mengajak Jepang memodifikasi F-16.
Dengan kasus Jet Tempur Korea Selatan dan Jepang tersebut, kira-kira seperti apa cerita pembangunan jet tempur KFX/IFX Indonesia nanti ?. Indonesia harus cerdik dan bermental baja.
Sumber : http://jakartagreater.com/2013/06/perjalanan-jet-tempur-indonesia/